Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Syair-syair-an (لو لا مربى ما عرفت ربى)

لَوْ لَا مُرَبِّي مَا عَرَفْتُ رَبِّى (jika tanpamu wahai guru tak mungkin kukenal tuhanku) Jalan-jalan dunia berkabut dan gemerlap Jalan-jalan akhirat yang jauh membuatku terlelap Kebingunganku semakin menjadi-jadi, tak tentu dan kalap Cahaya-cahaya tuhan redup tak terlihat malah cenderung gelap Di sisi dunia lain aku melihatmu Makhluq mulia, senyum, dan mengajakku Menemani, melindungi, dan memberitahu yang harus dituju Lalu, hilanglah semua bingung, tak percaya, resah, dan raguku pada penciptaku maka, jika tanpamu wahai guru tak mungkin kukenal tuhanku keterangan video:  salim ta'dzim santri Ponpes Darul Ma'arif Rahayu pada Al-Mukarram   K.H. Sofyan Yahya, MA. setelah shalat berjamaah

SHAHABAT DALAM PERIWAYATAN HADITS (DEFINISI, CARA MENGETAHUI, DAN STRATIFIKASI (TINGKATAN) SHAHABAT)

Pemaparan definisi sahabat di sini sangat penting, karena para pengarang yang menulis tentang sahabat jarang peduli untuk bertanya kepada diri mereka sendiri mengenai siapa sebenarnya sahabat itu. Sebagai contoh seperti Joseph Schacht dan Fazlur Rahman. Dalam satu dan lain hal, terutama ketika berbicara tentang hadis, mereka menyebut sahabat tanpa pernah menjelaskan apa yang mereka maksud dengan kata sahabat ini. Mereka beranggapan bahwa sahabat itu sudah sedemikian terkenal sehingga tidak perlu lagi didefinisikan lebih jauh. Cara pandang seperti ini adalah hal yang menyesatkan, karena mendefinisikan sahabat tidak semudah yang mungkin dibayangkan orang. [1] secara etimologis sahabat diambil dari bahasa arab yang berasal dari kata shâ ẖ ib ( صاحب ) bentuk jamaknya shu ẖ ub ( صحب ), ash ẖ âb ( اصحاب ), sha ẖ ab ( صحب ) dan shaẖâbah ( صحابة ) yang mempunyai arti dalam bahasa adalah orang yang selalu menyertai dan bersama orang lain. Kata shâ ẖ ib hanya diberikan kepada orang-orang ya