Postingan

Kesenjangan Jumpa (katanya sih puisi)

Kuhitung sudah beberapa minggu.. Tata surya memangut kelabu..  Tata purnama menyayat kalbu..  Dibalik jendela kamar, anak bungsu menunggu.. Matanya berbinar, bibirnya memuji purnama hari rabu..  Setiap jam sembilan, dia melihat foto yang dia sembah yaitu rindu yang tak kunjung sembuh..  Dalam peraduan kata..  Dirinya seolah gersang stepa dan sabana.. Rasa rindunya seperti ternak kurus dan merana..  Di ruang rindu.. Dirinya kenyang menelan cemburu..  Angin angin cemburu memulai pertikaian kecil.. Menyulut api dalam tungku perasangka kerdil..  Sembil merajuk egoisme dia berpikir..  Sehening apapun keadaan, sebening itu pula harapan..  Dia lalu berkelakar..  Duhai Purnamaku..  bersamamu mungkin ada saja faham yang disalahartikan.. Tapi, jika engkau memaknainya, serumit apapun pikiran, mungkin diamnya adalah bentuk kerinduan..  Aku sudah berhasrat untuk merayumu agar mau bertemu..  Namun, traumaku malah mengundang kesepian untuk bertamu..  Tanpa sapa dan tawa..  Kau masih duduk di singgasa

Wajah Jelita Dalam Lingkaran Renda (chapt 2 Sabda Maharasa)

 BABUTS TSANI           “Ting” suara hp yang berbunyi di depan tv. Seorang pria yang menonton tv memindahkan matanya ke arah hp tersebut, lalu melihat notifikasinya. Di atas bagian layar terlihat bahwa itu adalah notif dari aplikasi Instagram. Dia lalu mengusap layarnya untuk melihat isi notifikasinya. Pria itu lalu tersenyum simpul dengan pipi yang sedikit merah. Di layar smartphonenya tertulis si_im******* started following you. Sebuah notifikasi sederhana yang membuat hati seorang pria memanen tumbuhan bahagia. Rupanya instagramnya telah diikuti oleh seorang nona remaja yang selama ini diam-diam dia puja-puja.         Pria tadi Kembali meletakan smartphone miliknya dengan hembusan nafas yang tidak teratur seperti menahan tertawa. Terlihat dari raut wajahnya, dia tak lagi menonton tv walaupun wajahnya menghadap tv. Pikirannya melayang kemana-mana dari satu lamunan ke lamunan lain yang diisi dua wajah yaitu wajahnya dan wajah nona remaja tadi. Kadang dia melamun harus bicara apa jik

Nona Dalam Gantungan (chapt 1 Sabda Maharasa)

           BABUL AWWAL             Seorang lelaki bersandar sambil memegang sebuah kitab fiqih klasik berjudul I’anathuth Thalibin . Dilihatnya kata perkata untuk mencari sebuah keterangan tentang fadhilah puasa rajab. Kebetulan seminggu lagi akan memasuki bulan Rajab pada saat itu. Di meja biru tempat ia sering membaca buku atau kitab, terdapat gantungan kunci sebuah kantor tempat ia bekerja. Gantungan kunci lain biasanya ia gantungkan di tempat gantungan baju, jaket dan celana yang biasanya akan dipakai lagi nanti. Sesekali ia tersenyum melihat gantungan kunci itu, lalu kembali fokus membaca kitab yang ia pelajari.           Waktu tak terasa sudah larut, jam dinding dekat jendela kamarnya sudah terlihat kusam. Jarum besarnya menunjuk angka 10 dan jarum panjangnya menunjuk angka 4. Ia sedikit mengantuk dan memutuskan untuk menutup kitabnya lalu berbaring di sopa panjang dekat kamarnya. Sebelum menuju sopa ia tersenyum melihat gantungan kuncinya dan membawanya sambil ditatap penuh s

Muhammadiyyin & Nahdiyah (Resensi novel kambing dan hujan)

     Prasangka adalah jarak yang menjadi nyata. kira-kira begitulah akar masalah pada novel pemenang DKJ ini. novel ini dimulai ketika seorang anak Kiai NU bernama Fauzia secara tidak sengaja bertemu dengan Miftah yang merupakan anak Kiai Muhammadiyah. keduanya adalah tetangga dekat yang berjauh sedari kecil karena  khilafiyah (perbedaan) pandangan dalam beberapa aturan ibadah. seperti yang diduga, pertemuan itu menjadi percik asa untuk keduanya untuk memadu rasa selamanya. Setelah beberapa lama berhubungan, bertukar pesan, mengaminkan do'a yang sama, hingga akhirnya keduanya sepakat untuk menghalalkan hubungan mereka berdua.      Fauzia dan Mif (panggilan miftah) kemudian meminta restu pada ayah mereka yaitu Muhammad Fauzan yang merupakah ayah Fauzia dan Iskandar yang merupakan ayah Mif. Keduanya tak mengatakan tidak pada keinginan anak-anaknya secara langsung. Lantas keduanya kemudian menceritakan cerita Is dan Moek yang merupakah dua sahabat karib sejak kanak-kanak tapi kemudian

Syair-syair-an (لو لا مربى ما عرفت ربى)

لَوْ لَا مُرَبِّي مَا عَرَفْتُ رَبِّى (jika tanpamu wahai guru tak mungkin kukenal tuhanku) Jalan-jalan dunia berkabut dan gemerlap Jalan-jalan akhirat yang jauh membuatku terlelap Kebingunganku semakin menjadi-jadi, tak tentu dan kalap Cahaya-cahaya tuhan redup tak terlihat malah cenderung gelap Di sisi dunia lain aku melihatmu Makhluq mulia, senyum, dan mengajakku Menemani, melindungi, dan memberitahu yang harus dituju Lalu, hilanglah semua bingung, tak percaya, resah, dan raguku pada penciptaku maka, jika tanpamu wahai guru tak mungkin kukenal tuhanku keterangan video:  salim ta'dzim santri Ponpes Darul Ma'arif Rahayu pada Al-Mukarram   K.H. Sofyan Yahya, MA. setelah shalat berjamaah

SHAHABAT DALAM PERIWAYATAN HADITS (DEFINISI, CARA MENGETAHUI, DAN STRATIFIKASI (TINGKATAN) SHAHABAT)

Pemaparan definisi sahabat di sini sangat penting, karena para pengarang yang menulis tentang sahabat jarang peduli untuk bertanya kepada diri mereka sendiri mengenai siapa sebenarnya sahabat itu. Sebagai contoh seperti Joseph Schacht dan Fazlur Rahman. Dalam satu dan lain hal, terutama ketika berbicara tentang hadis, mereka menyebut sahabat tanpa pernah menjelaskan apa yang mereka maksud dengan kata sahabat ini. Mereka beranggapan bahwa sahabat itu sudah sedemikian terkenal sehingga tidak perlu lagi didefinisikan lebih jauh. Cara pandang seperti ini adalah hal yang menyesatkan, karena mendefinisikan sahabat tidak semudah yang mungkin dibayangkan orang. [1] secara etimologis sahabat diambil dari bahasa arab yang berasal dari kata shâ ẖ ib ( صاحب ) bentuk jamaknya shu ẖ ub ( صحب ), ash ẖ âb ( اصحاب ), sha ẖ ab ( صحب ) dan shaẖâbah ( صحابة ) yang mempunyai arti dalam bahasa adalah orang yang selalu menyertai dan bersama orang lain. Kata shâ ẖ ib hanya diberikan kepada orang-orang ya