Makalah Objek Kajian Filsafat


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Puja dan puji syukur kemi panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat-Nya kami dapat merampungkan makalah ini walau jauh dari kata sempurna. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad berserta sahabat, karena berkat beliau kami bisa merasakan manisnya iman seperti sekarang.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari siapa saja, demi kesempurnaan makalah ini pada pembuatan selanjutnya.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepad beberapa pihak yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini. Pertama, kepada bapak dosen mata kuliah Filsafat Umum yang berkat bimbingannya telah membantu jadinya makalah ini. Kedua, kepada rekan-rekan kami di Jurusan Tafsir Hadist khusunya kelas B yang telah membantu kami berdua dalam berbagai hal. Ketiga, kepada pihak pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas kebaikannya dengan balasan yang lebih baik dan banyak.
Terlepas dari kekurangan makalah ini kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadikan amal saleh bagi kami. Aamiin, yaa Rabbal ‘aalamin.
Bandung, 20 Mei  M


Pemakalah




DAFTAR ISI
Kata Pengantar……...…………………………….....................................................2
Daftar Isi…….………………………………………………………………………3
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………..4
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….5
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………..5

BAB 2 PEMBAHASAN...………………………………………………….……….6
1.      Objek Material Filsafat………………………………………………….6
2.      Objek Material Filsafat Menurut Beberapa Filosof…….……………….9
BAB III  KESIMPULAN............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12


BAB I
PENDAHULUAN
1.1            Latar belakang
Setiap ilmu pasti mempunyai suatu objek tak terkecuali dalam hal filsafat. Mungkin pernyataan yang satu ini menimbulkan suatu pertanyaan yang besar, bagaimankah filsafat dapat mempunyai objek ? sedangkan filsafat itu sendiri ada karena perkembangan suatu ilmu yang ada di dunia ini. Dalam satu pendapat pernah diungkapkan jika cakupan dari objek filsafat itu lebih besar dan luas dibanding dengan ilmu, karena ilmu sendiri hanya sebatas lingkup yang empiris saja sedangkan filsafat mencakup lingkup yang empiris dan non empiris. Di samping itu, secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat. Awalnya filsafat melakukan pembahasan tentang segala sesuatu secara sistematis, rasional dan logis serta empiris. Dari semua pernyataan itu intinya adalah ilmu dan filsafat adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan meskipun dari segi objek yang mereka punya berbeda.
Filasafat adalah sebuah kata yang sering di dengar namun kita tak pernah tahu sejatinya arti dan makna filsafat. Filsafat adalah pusat dari segala ilmu di dunia ini, melalui filsafat inilah ilmu pertama kali muncul serta keberadaanya tak lepas dari perkembangan ilmu itu sendiri. Filsafat di Yunani lahir dari pemikiran bangsa Yunani yang selama ini mempercayai mitos seperti munculnya gerhana matahari dan bulan, mereka percaya bahwa gerhana terjadi karena tidurnya sang dewa. Kepercayaan seperti itu akhirnya berangsur hilang dari kehidupan mereka dengan rasio yang mereka ambil karena dengan filsafatlah kita akan lebih mengunggulkan rasio.
Karena filsafat itu sebuah ilmu yang luas maka para filosof berbeda-beda dalam menjabarkan objek ,material yang ada dalam filsafat. Tidak cukup dengan yang terlihat oleh mata yang terdengar oleh telinga maupun yang terasa oleh kita.
Bahkan sesuatu yang tidak kita tahu asal usulnya pun tak lepas dari pengamatan filsafat. Baik berupa hal yang dianggap oleh orang-orang religious yang tak harus kita tanyakan atau pikirkan seperti tuhan dan sebagainya.
Terlepas dari sangat luasnya objek kajian filsafat saya telah membaca buku-buku yang berkaitan dengan tema makalah ini yaitu mengenai objek material filsafat. Saya temukan beberapa isi atau pembahasan yang sama tapi tak semua, ada juga yang berbeda baik dari kalangan filosof barat maupun filosof islam yang notabene adalah pemeluk agama islam.
Salah satu pokok penting dari filsafat adalah objek kajian filsafat, mungkin banyak dari kita yang mempertanyakan bagaimana objek filsafat itu ada dan terjadi ? Melalui makalah ini kami ingin mengulas lebih jauh objek Material .
1.2         Rumusan Masalah
1.   Pengertian objek material filsafat?
2.   Apa saja pendapat para filosof tentang objek matrial filsafat?

1.3   Tujuan Pembahasan
1.      Menambah wawasan bagi para pembaca.
2.      Agar pembaca bisa memahami lagi secara jelas tentang objek matrial filsafat.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Objek Material filsafat
Objek material filsafat [1]adalah bahan yang digunakan sebagai pedoman dari suatu  penelitian atau pembentukan suatu pengetahuan yang masih belum menemukan jalan yang pasti dan benar. Objek material  filsafat ini akan disorot secara rinci dari satu disiplin ilmu yang mengupas segala hal baik yang konkret maupun abstrak. Objek material filsafat ini merupakan salah satu hal yang penting sebagai jalan untuk menemukan hakekat yang sebenarnya. Sebagai contoh manusia yang mengembara di dunia menuju akherat, dalam hal ini kita tidak hanya menyorot dari satu sisi saja melainkan dari berbagai macam sisi, seperti dari sisi manausia itu sendiri, dunia, dan akherat. Dalam hal ini ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan).
Dalam konteks hidup beriman ini kata akherat biasa diganti dengan kata Tuhan.   Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah namun saling berkaitan, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya.
Objek material filsafat ini juga erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan [2]. Dalam dunia kefilsafatan ilmu pengetahuan ini dilahirkan atas rasa ingin tahu yang tak berkesudahan terhadap obyek, pikiran atau akal budi yang menyangsikan akan kesaksian indera yang ada. Karena indera dinilai sebagai objek yang sering menipu. Pada umumnya ahli filsafat memandang filsafat sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan. Filsafat memeriksa dengan kritis asas - asas yang digunakan dalam kaitannya dengan ilmu dan kehidupan sehari-hari, dan mencari suatu ketidakselarasan yang terkandung didalam asas - asas itu. Filsafat tidak lebih dari suatu usaha sebagai jawaban atas pertanyaan -  pertanyaan secara radikal seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari hari atau bahkan dalam kebiasaan ilmu pengetahuan. Akan tetapi arti secara kritis adalah segla sesuatu yang diselidiki atas  problem – problem apa yang dapat ditimbulkan oleh pertannyaan – pertannyan tersebut.
Adapun arti obyek materi filsafat dari segi pendidikan adalah sasaran materi penyelidikan, pemikiran atau penelitian.   
Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material [3]adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, kenyataan maupun kemungkinan dan dari semua hal tersebut terbagi atas dua hal, yakni :
a.       Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang pada umumnya atau dengan kata lain menyelidiki tentang hakekat dan realita  yang ada.
b.      Ada yang bersifat khusus yang terbagi dalam dua poin penting yakni secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).

Dalam buku Filsafat Agama; Titik Temu Akal dengan Wahyu karangan Dr. H. Hamzah Ya’qub dikatakan bahwa objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya. Di sinilah diketahui bahwa sesuatu yang ada atau yang berwujud inilah yang menjadi penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat menurut objeknya ialah:
1. Ada Umum yakni menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa Eropa, ADA UMUM ini disebut “Ontologia” yang berasal dari perkataan Yunani “Onontos” yang berarti “ada”, dalam Bahasa Arab sering menggunakan Untulujia dan Ilmu Kainat.
2. Ada Mutlak, sesuatu yang ada secara mutlak yakni zat yang wajib adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga. Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan ia harus terus menerus ada, karena adanya dengan pasti. Ia merupakan asal adanya segala sesuatu. Ini disebut orang “Tuhan” dalam Bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan dalam Bahasa Arab disebut “Ilah” atau “Allah”.
3. Comologia, yaitu filsafat yang mencari hakekat alam dipelajari apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu karena dimungkinkan Allah. “Ada tidak mutlak”, mungkin “ada” dan mungkin “lenyep sewaktu-waktu” pada suatu masa.
4. Antropologia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk “ada yang tidak mutlak” maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong tindakannya? Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropologia.
5. Etika: filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia. Betapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan buruk serta tingkah laku manusia mana yang membedakannya dengan lain-lain makhluk.
6. Logika: filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah akal yang terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian tentang logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya tanpa akal budi takkan ada penyelidikan. Oleh karena itu dipersoalkan adakah manusia mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu mencari kebenaran? Dengan segera timbul pula soal, apakah kebenaran itu dan sampai dimanakah kebenaran dapat ditangkap oleh akal budi manusia. Maka penyelidikan tentang akal budi itu disebut Filsafat Akal Budi atau Logika.
Penyelidikan tentang bahan dan aturan berpikir disebut logica minor, adapun yang menyelidiki isi berpikir disebut logica mayor. Filsafat akal budi ini disebut Epistimologi dan adapula yang menyebut Critica, sebab akal yang menyelidiki akal.[4]

2.      Objek Material Filsafat Menurut Beberapa Filosof

Beberapa tokoh telah mengemukakan objek Material filsafat berdasarkan pengalaman mereka beberapa diantaranya :
·                     Dr M.J. Langeveld, guru besar Rijks Universiteit Utrecht menulis bahwa hakikat filsafat itu berpangkal pada pemikiran keseluruhansarwa sekalian secara radikal dan menurut system.
a)    Maka keseluruhan sarwa sekalian itu ada. Ia adalah pokok dari yang dipikirkan orang dalam filsafat.
b)   Ada pula pemikiran itu sendiri yang terdapat dalam filsafat sebagai alat untuk memikirkan pokoknya.
c)    Pemikiran semacam itu pun adalah bahagiaan daripada kesluruhan, jadi dua kali dia terdapat dalam filsafat, sebagai alat dan sebagai bahagiaan keseluruhan sarwa sekalian.[5]
·                     Dr Mr D.C. Mulder berkata bahwa tiap-tiap manusia yang mulai berpikir tentang diri sendiri dan tentang tempat-tempatnya dalam dunia, akan menghadapi beberapa persoalan yang begitu penting sehingga persoalan-persoalan itu boleh diberi nama persoalan-persoalan pokok. Kami rasa terutama tiga persoalan yan gdapat diktakan bersifat pokok, yaitu:
a)    Adakah Allah dan siapakah Allah itu ?
b)   Apa dan siapakah manusia?
c)    Apakah hakikat dari segala realitas (kenyataan), apakah maknanya, apakah intisarinya?
·                     Dr A.C Ewing, penulis dan pengajar bangsa Inggris yang terkenal menulis buku yang berjudul: The Fundamental Questions of Philosophy. Yang dimaksudkan beliau dengan pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat itu ialah Truth (kebenaran), Matter (materi), Mind (budi), the Relations of Matter and Mind Cause (sebab), Freedom (kemerdakaan), Monism v. Pluralism (monism lawan pluralism), dan God (tuhan).[6]
·                     Secara umum filsafat membahas tiga isu penting, yaitu:
a)    Philosophy of being (filsafat ada atau ontologi)
Philosophy of being membahas tiga hal tentang segala yang ada, yaitu metafisika (berbagai hal yang ada mengenai analisis atau ontologi dan sintesis kosmologi), manusia (antropologi filsafat atau philosophical anthropology), dan tuhan (filsafat ketuhanan tentang kebaikan mutlak dan kejahatan). Di dalam pemikiran filsafat terdapat beberapa aliran filsafat yang kajiannya berkaitan dengan philosophy of being ini antara lain aliran materialisme, spiritualisme, naturalisme, evolusionisme, vitalisme, existensialisme, dan pluralisme.
b)   Philosophy of knowledge (filsafat pengetahuan atau kesadaran atau epistemology dan logika)
Dalam philosphy of knowledge membahas tentang epistemologi dan berbicara tentang kebenaran. Di dalam pemikiran filsafat terdapat beberapa aliran yang kajiannya berkaitan dengan philosophy of knowledge, antara lain objektivisme, subjektivisme, realisme, idealisme, rasionalisme, intuisionisme, dan pragmatisme.
c)    Philosophy of value (filsafat nilai atau kebahagiaan atau axiology)
Philosophy of value membahas tentang estetika dan etika. Di dalam pemikiran filsafat terdapat beberapa aliran yang berkaitan dengan philosophy of value ini yaitu seni atau estetika, mistik, dan agama.[7]
·                     Dr Oemar Amin Hoesin pernah mengatak “Apakah yang menjadi lapangan pendidikan filsafat?” Lalu dijawabnya seperti ini :
Oleh karena manusia mempunyai fikiran atau akal yang aktif, maka ia mempunyai kecendrungan hendak berfikir tentang segala sesuatu dalam alam semesta, terhadap segala yang ada, dan yang mungkin ada. Obyek sebagai tersebut diatas itu adalh menjadi objek material filsafat.[8] 
BAB III
KESIMPULAN
          Setelah mempelajari tentang rumusan maslah pada makalah ini maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa :
1.      Objek material adalah segala sesuatu yang ada dan mungkin ada dan objek materia ini banyak yang sama dengan objek material sains. Bedanya dalam 2 hal yaitu: pertama, sains menyelidiki objek materi yang empiris, kedua, ada objek materia filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti tuhan, hari akhir dan lain-lain.
2.      Dalam mengemukakan pendapat para ilmuwan mengutarakan pendapat yang berbeda-beda disebkan faktor latar belakang dan lingkungan srta hal-hal lain yang mempengaruhi pemikiran mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Maksum, ali. 2011. Pengantar filsafat. Yogyakarta:Arrus Media
Hamzah Ya’qub, Filsafat Agama: Titik Temu Akal Dengan Wahyu, (Jakarta, Pedoman ilmu Jaya, 1992)
M.J. Langeveld, Menuju ke Pemikiran Filsafat, terjemahan G.J. Claessen, Jakarta, 1955
A.C. Ewing, The Fundamental Questions of Philosophy
Abdul Rozak, & Isep Zainal Arifin , Filsafat Umum, (Bandung, Gema Media Pusakatama, 2002)
Oemar Amin Hoesin, Filsafat Islam, Jakarta, 1961

[1] http://sang-pemikir.blogspot.com/2008/12/objek-material-dan-objek-formal.html
[2] Maksum, ali. 2011. Pengantar filsafat. Yogyakarta:Arrus Media
[4] Hamzah Ya’qub, Filsafat Agama: Titik Temu Akal Dengan Wahyu, (Jakarta, Pedoman ilmu Jaya, 1992), cet. ke-1, h. 7-8

[5] M.J. Langeveld, Menuju ke Pemikiran Filsafat, terjemahan G.J. Claessen, Jakarta, 1955, hlm. 18
[6] A.C. Ewing, The Fundamental Questions of Philosophy
[7] Abdul Rozak & Isep Zainal Arifin , Filsafat Umum, (Bandung, Gema Media Pusakatama, 2002) cet.1, hlm. 42-71
[8] Oemar Amin Hoesin, Filsafat Islam, Jakarta, 1961, hlm. 62

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terjemah Lubabul Hadits (Matan Tanqihul Qaul) Bahasa Sunda (Pembukaan)

Syair-syair-an (لو لا مربى ما عرفت ربى)