Takhrij Hadits Talqin
HADIST TENTANG MENTALQIN MAYAT DENGAN LAFADZ LAA ILAAHA ILLALLAH
A.
Matan
Hadist
حَدَّثَنَا أَبُو
سَلَمَةَ يَحْيَى بْنُ خَلَفٍ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ
عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عُمَارَةَ عَنْ أَبِي
سَعِيدٍعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَقِّنُوا
مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأُمِّ سَلَمَةَ وَعَائِشَةَ
وَجَابِرٍ وَسُعْدَى الْمُرِّيَّةِ وَهِيَ امْرَأَةُ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ
اللَّهِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي سَعِيدٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ صَحِيحٌ
(TIRMIDZI - 898) : Telah menceritakan kepada kami Abu
Salamah, Yahya bin Khalaf Al Bashri telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Al
Mufadlal dari 'Umarah bin Ghaziyyah dari Yahya bin 'Umarah dari Abu Sa'id dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tuntunlah orang yang akan
menghadapi kematian dengan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH (tidak ada tuhan selain
Allah)." (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; "Hadits semakna diriwayatkan
dari Abu Hurairah, Ummu Salamah, 'Aisyah, Jabir dan Su'da Al Muriyyah, istri
Thalhah bin Ubaidullah." Abu 'Isa berkata; "Hadits Abu Sa'id
merupakan hadits hasan gharib shahih."
B.
Derajat
Hadist
Adapun derajat
hadist ini jika dilihat dari otensititasnya adalah :
1. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab haditsnya yaitu Shahih Muslim pada bab تلقين الموتى لا إله إلا الله (mentalqin mayit dengan laa ilaaha illallah) dengan nomor hadits 1523 dan 1524 hasil dari pencarian menggunakan software pencarian hadits Lidwa Pusaka
2. Diriwayatkan oleh Imam Nasa'i dalam kitab haditsnya yaitu Sunan Nasa'i pada bab تلقين الميت ( mentalqin orang yang akan mati) dengan nomor hadits 1803 hasil dari pencarian menggunakan software pencarian hadits Lidwa Pusaka.
3. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam kitab haditsnya yaitu Sunan Tirmidzi dalam bab ما جاء في تلقين المريض عند الموت و الدعاء له عنده (menuntun mayit ketika akan wafat dan mendoakannya) dengan nomor hadits 898 hasil dari pencarian menggunakan software pencarian hadits Lidwa Pusaka.
4. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitab haditsnya yaitu Sunan Ibnu Majah pada bab ما جاء في تلقين الميت لا إله إلا الله (mentalqin mayit dengan laa ilaaha illallah) dengan nomor hadits 1434,1435, dan 1436 hasil dari pencarian menggunakan software pencarian hadits Lidwa Pusaka.
5. Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab haditsnya yaitu Sunan Abu Daud pada bab في التلقين (penjelasan tentang talqin) dengan nomor hadits 2710 hasil dari pencarian menggunakan software pencarian hadits Lidwa Pusaka.
6. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab haditsnya yaitu Musnad Ahmad pada bab مسند أبي سعيد الخدري رضي الله تعالى (musnad Abu Sa’id al-Khudri radiallahu ta’ala anhu) dengan nomor hadits 10570 hasil dari pencarian menggunakan software pencarian hadits Lidwa Pusaka.
1. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab haditsnya yaitu Shahih Muslim pada bab تلقين الموتى لا إله إلا الله (mentalqin mayit dengan laa ilaaha illallah) dengan nomor hadits 1523 dan 1524 hasil dari pencarian menggunakan software pencarian hadits Lidwa Pusaka
2. Diriwayatkan oleh Imam Nasa'i dalam kitab haditsnya yaitu Sunan Nasa'i pada bab تلقين الميت ( mentalqin orang yang akan mati) dengan nomor hadits 1803 hasil dari pencarian menggunakan software pencarian hadits Lidwa Pusaka.
3. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam kitab haditsnya yaitu Sunan Tirmidzi dalam bab ما جاء في تلقين المريض عند الموت و الدعاء له عنده (menuntun mayit ketika akan wafat dan mendoakannya) dengan nomor hadits 898 hasil dari pencarian menggunakan software pencarian hadits Lidwa Pusaka.
4. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitab haditsnya yaitu Sunan Ibnu Majah pada bab ما جاء في تلقين الميت لا إله إلا الله (mentalqin mayit dengan laa ilaaha illallah) dengan nomor hadits 1434,1435, dan 1436 hasil dari pencarian menggunakan software pencarian hadits Lidwa Pusaka.
5. Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab haditsnya yaitu Sunan Abu Daud pada bab في التلقين (penjelasan tentang talqin) dengan nomor hadits 2710 hasil dari pencarian menggunakan software pencarian hadits Lidwa Pusaka.
6. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab haditsnya yaitu Musnad Ahmad pada bab مسند أبي سعيد الخدري رضي الله تعالى (musnad Abu Sa’id al-Khudri radiallahu ta’ala anhu) dengan nomor hadits 10570 hasil dari pencarian menggunakan software pencarian hadits Lidwa Pusaka.
C. Sigath Hadist
Hadist ini menggunakan 2 sigath hadist yaitu kata حَدَّثَنَا (haddtsana) dan kata عَنْ (an).
D. Biodata Periwayat
1. Nama lengkap : Yahya bin Khalaf
Kalangan / thabaqah : Tabi’ul Atba’ kalangan tua
Kuniyah : Abu Salamah
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat :242 H
Menurut Ibnu Hibban beliau disebutkan dalam ats tsiqaat dan menurut Ibnu hajar
al-atsqalani beliau dikatakan shaduq
2. Nama lengkap : Bisyir bin al-Mufadldlol Laahiq
Kalangan / thabaqah : Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan
Kuniyah : Abu Isma’il
Negeri semasa hidup : Basrah
Wafat : 187 H
Beberapa ulama menyebutkan beliau adalah orang yang tsiqah yaitu Abu Hatim,An-Nasa’i,
Abu Zur’ah, Ibnu saad, dan al-Ajli. Ibnu Hajar mengatakan beliau termasuk dalam kalangan
tsiqah tsabat dan adz-Dzahabi mengatakan beliau seseorang yang hujjah.
3. Nama lengkap : Umarah bin Ghaziyah bin al-Harits
Kalangan / tabaqah : tabi’in (tidak jumpa sahabat)
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 140 H
Ahmad bin Hamba, Abu Zur’ah, dan ad-Daruqutni menyebutkan beliau tsiqah. Yahya bin
Ma’in menyebutkan beliau shalih. Abu hatim menyebutkan beliau shaduq. Dan Ibnu Hajar
menyebutkan beliau la ba’sa bih
4. Nama lengkap : Yahya bin Umarah bin Abi Hasan
Kalangan / thabaqah : tabi’in kalangan pertengahan
Negeri semasa hidup : Madinah
Ibnu Kharasy,an-Nasa’I, Ibnu Hajar al-atsqalani, dan adz-Dzahabi menyebutkan kalau beliau
orang yang tsiqah.
5. Nama lengkap : Sa’ad bin Malik bin Sinan bin Ubaid
Kalangan / thabaqah : Sahabat
Kunyah : Abu Sa’id
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 74 H
Beliau ini adalah seorang sahabat.
E. Jenis Hadist Jika Dilihat dari Sanadnya
Hadist ini dikatakan sebagai hadist marfu’. Ditandai dengan bersambungnya sanad sampai
kepada Nabi Muhammad SAW sesuai dengan keriteria yang dibutuhkan untuk sebuah hadist jika ingin dikatakan hadist yang marfu’. Adapun rawi al-a’la dari hadist ini adalah Sa’ad bin Malik bin Sinan bin Ubaid yang tidak lain adalah seorang sahabat.
F. Kajian Matan
1. Tabi’ dan Syahid
a. Muslim
و حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ فُضَيْلُ بْنُ حُسَيْنٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ كِلَاهُمَا عَنْ بِشْرٍ قَالَ أَبُو
كَامِلٍ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بْنُ غَزِيَّةَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عُمَارَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ
الْخُدْرِيَّ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ
سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ جَمِيعًا بِهَذَا الْإِسْنَادِ
b. An-Nasa’i
أَخْبَرَنَا عَمْرُو
بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ قَالَ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ
بْنُ غَزِيَّةَ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عُمَارَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ
ح وَأَنْبَأَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ
غَزِيَّةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عُمَارَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا
مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
c. At Tirmidzi
حَدَّثَنَا أَبُو
سَلَمَةَ يَحْيَى بْنُ خَلَفٍ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ
عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عُمَارَةَ عَنْ أَبِي
سَعِيدٍعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَقِّنُوا
مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأُمِّ سَلَمَةَ وَعَائِشَةَ
وَجَابِرٍ وَسُعْدَى الْمُرِّيَّةِ وَهِيَ امْرَأَةُ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ
اللَّهِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي سَعِيدٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ صَحِيحٌ
d. Ibnu Majah
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ
بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ
عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
e. Abu Daud
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ
حَدَّثَنَا بِشْرٌ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بْنُ غَزِيَّةَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عُمَارَةَ
قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ
قَوْلَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
f. Ahmad
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ
الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بْنُ غَزِيَّةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عُمَارَةَ قَالَ
سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ
قَوْلَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
2. Perbandingan redaksi matan
متن الحديث
|
المصنف
|
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ
|
Muslim
|
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
|
An-Nasai’
|
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
|
At-Tirmidzi
|
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
|
Ibnu Majah
|
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ
قَوْلَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
|
Abu
Daud
|
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ
قَوْلَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
|
Ahmad
|
G.
Kandungan
Matan Hadist
Telah
menceritakan kepada kami Abu Salamah, Yahya bin Khalaf Al Bashri telah
menceritakan kepada kami Bisyr bin Al Mufadlal dari 'Umarah bin Ghaziyyah dari
Yahya bin 'Umarah dari Abu Sa'id dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tuntunlah orang yang akan menghadapi kematian dengan kalimat
LAA ILAAHA ILLALLAAH (tidak ada tuhan selain Allah)." (Abu Isa At
Tirmidzi) berkata; "Hadits semakna diriwayatkan dari Abu Hurairah, Ummu
Salamah, 'Aisyah, Jabir dan Su'da Al Muriyyah, istri Thalhah bin Ubaidullah."
Abu 'Isa berkata; "Hadits Abu Sa'id merupakan hadits hasan gharib
shahih."
H.
Keistimewaan Lafadz Laa Ilaaha Illallah
Beberapa
keistimewaan lafadz laa ilaaha illallah adalah :
1.
Menghapus dosa
Pemakalah menemukan beberapa hadist yang mendukung pernyataan pemakalah ini
salah satunya hadist ini :
حَدَّثَنِي
عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ بَيَانٍ الْوَاسِطِيُّ أَخْبَرَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ الْمَذْحِجِيِّ قَالَ مُسْلِم أَبُو
عُبَيْدٍ مَوْلَى سُلَيْمَانَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ
اللَّيْثِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي
دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا
وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ
وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِو حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ عَنْ
سُهَيْلٍ عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ
(MUSLIM - 939) : Telah menceritakan kepadaku Abdul Hamid bin Bayan Al
Wasithi telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Abdullah dari Suhail dari Abu
'Ubaid Al Madzhiji. -Muslim menjelaskan bahwa Abu Ubaid adalah mantan budak
Sulaiman bin Abdul Malik- dari 'Atha` bin Yazid Al Laitsi dari Abu Hurairah
dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa
bertasbih kepada Allah sehabis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, dan
bertahmid kepada Allah tiga puluh tiga kali, dan bertakbir kepada Allah tiga
puluh tiga kali, hingga semuanya berjumlah sembilan puluh sembilan, -dan beliau
menambahkan- dan kesempurnaan seratus adalah membaca Laa ilaaha illallah
wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli
syai'in qadiir, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni walau sebanyak buih
di lautan." Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Shabh telah
menceritakan kepada kami Ismail bin Zakariya dari Suhail dari Abu 'Ubaid dari
Atha` dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda seperti hadits di atas.
2. Keutamaan laa ilaaha illallah
Yang pemakalah maksud mengenai keutamaan disini ialah seperti dalam konteks
hadist ini:
حَدَّثَنَا
زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ
وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ
شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
(MUSLIM - 51) : Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari Abdullah bin Dinar dari Abu
Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh
sembilan, atau enam puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling
utama adalah perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak
disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan
dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ زِيَادِ بْنِ أَبِي زِيَادٍ مَوْلَى عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَيَّاشِ بْنِ أَبِي رَبِيعَةَ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ
بْنِ كَرِيزٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ أَفْضَلُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَأَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا
وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ
لَهُ
(MALIK - 841) : Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Ziyad bin Abu
Ziyad mantan budak Abdullah bin 'Ayyas bin Abu Rabi'ah, dari Thalhah bin
Ubaidullah bin Kariz bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Do'a yang paling utama adalah do'a pada hari Arafah, dan do'a paling
afdlal yang pernah aku dan para nabi sebelumku adalah: "LAA ILAAHA
ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU' (Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa
tidak ada sekutu bagi-Nya) ."
I. Kandungan Hadist
1. Hakikat
Kata talqin berasal dari kata laqqina
yang berarti memberikan sebuah pengetahuan dan pemahaman[1]. Dalam
kitab maqoyis al-lugoh dikatakan bahwa kata ini berfungsi untuk mempercepat
pemahaman tentang sesuatu.
Sedang kata mautakum asal katanya adalah
mautun. Kata mautun sendiri berarti hilangnya kekuatan dari sesuatu baik benda
mati ataupun hidup.[2]
Lawan dari kata ini adalah al-hayat atau hidup.
Sedangkan yang dimaksud dengan lafadz Laa ilaa
ha illaallah adalah 2 kalimat syahadat.[3]
Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan kata mautakum dalam hadist ini adalah orang yang sedang sakarat atupun
hampir meninggal. Seperti dalam syrah an-nawawi disebutkan bahwa makna dari
hadist ini adalah anjuran untuk mentalqin pada orang yang akan mati.[4]
2. Hukum[5]
Hukum talqin ini masih diperdebatkan dalam
kitab tuhfatul ahwadzi dituliskan bahwa secara dzohir hadistnya perintah talqin
adalah wajib, tapi beberapa ulam sepakat bahwa perintah dari hadist ini adalah
sunnat. An-nawawi sendiri dalam syarhnya mengatakan bahwa perintah talqin ini
adalah sunnat. Adapun sebagian ulama Malikiah berpendapat bahwa perintah talqin
ini adalah sunnah.
3. Tata cara[6]
1) Di ucapkan seperlunya dan tidak boleh
diucapkan berulang-ulang yang bisa membuat bosan dan menjadi membenci lafadz
itu.
2) Apabila sudah diucapkan 1 kali oleh orang yang
sedang sakarat maka cukup 1 kali dan tak perlu di ulang.
3) Apabila sudah megucapkan 1 kali tapi orang
yang sedang sekarat itu mengucapkan hal lain maka harus ditalqin lagi supaya
kata-kata terakhirnya sebelum meninggal adalah lafadz laa ilaaha illaallah.
4) Orang yang mentalqin harus ada di sisi orang
yang mentalqin supaya orang yang sedang sekarat sadar dan merasa senang.
5) Dianjurkan orang yang mentalqin menutup mata
orang yang sedang sakarat ketika sudah meninggal dan melaksanakan hak-haknya
4. Fungsi
Fungsi dari hadist ini adalah sebuah anjuran
untuk menuntun orang yang akan mati dengan lafadz syahadat ataupun kalimat
tauhid. fungsi dari talqin ini sendiri adalah supaya akhir kata yang terucap
dari seorang yang akan mati adalah kalimat tauhid atau Laa ilaa ha illaallah. Karena
orang yang diakhir hidupnya mengucapkan lafadz laa ilaa ha illaallah akan masuk
syurga seperti hadist Nabi Muhammad SAW di bawah ini :
5.
Implikasi kontekstual
J.
Kesimpulan
Dari uraian di atas pemakalah mengambil beberapa kesimpulan yaitu :
1.
Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita untuk menuntun orang yang sedang
sakaratul maut supaya mengucapkan lafadz laa ilaaha illallah.
2.
Hadist Nabi diatas merupakan hadist yang marfu’.
3.
Hadist ini terdapat setidaknya dalam beberapa kitab hadist mashur yang
pemakalah temukan yaitu sohih Muslim, sunan Tirmidzi, sunan Nasa’i, sunan Abu
Daud, sunan Ibnu Majah, dan musnad Ahmad
4.
Hanya terdapat sedikit perbedaan matan hadist antara beberapa perawi yang
meriwayatkan hadist dengan tema ini.
[1] Maqoyis al-lugoh, juz 5, h. 260
[2] Maqoyis al-lugoh, ... h.283
[3] Tuhfatul ahwadzi, juz 3, h. 37
[4] Syarah nawawi ala muslim, juz 3, h.327
[5] Tuhfatul ahwadzi, ... h. 37
[6] Syarah nawawi ala muslim, ... h.327
Komentar